BANGKITNYA PEMUDA DESA BULAKELOR

Desa Bulakelor Kec. Ketanggungan Kab. Brebes, yang dahulu terkenal dengan hal-hal negatif, sekarang telah berubah. Yang dahulunya merupakan desa yang kosong akan organisasi pemuda-pemudi, kurang akan solidaritas antar blok warganya, kurangnya koordinasi saat adanya berbagai acara di desa, adanya acara-acara dengan hanya mengandalkan dari kelompok/bloknya sendiri, keamanan desa kurang terjamin, sering tawuran antar blok bahkan antar desa, dan banyak hal-hal negatif yang sudah “dicap” oleh banyak warga.
Berbicara masalah remaja Bulakelor dulu, memang sangat tidak karuan. Kebanyakan masalah hanya ditimbulkan dari hal-hal sepele, yang kemudian dibesar-besarkan oleh pemuda itu sendiri.
Dalam organisasi desa sendiri sudah banyak yang berhenti bahkan hilang. Beberapa diantaranya seperti GP Ansor dan IPNU-IPPNU, jam’iyyah Pemuda Desa, dll.

Hanya Jam’iyyah ibu-ibu yang masih ada dan didakan setiap 3 kali dala seminggu dan markhabanan pada malam jum’at kliwon dan malam senenan.

Berbeda dengan sekarang. Dipelopori oleh sekelompok pemuda yang sadar akan kebersamaan, sekelompok pemuda yang menginginkan kerukunan, kesejahteraan, dan kemajuan dalam bidang religi (islam) di desa Bulakeor, Kec. Ketanggungan – Brebes. Dengan hanya beberapa pemuda dan sesepuh desa yang merapatkan tentang kerukunan dan kemajuan Desa, dengan banyak pertemuan dan rapat-rapat kecil, untuk mengumpulkan semua pemuda Desa dalam rapat besar yang rencananya akan dilaksanakan awal 2009. Setelah berbagai rapat kecil beberapa pemuda dan para sesepuh Desa, akhirnya pada bulan bulan April 2009 diadakan rapat besar yang membahas tentang masalah di atas.  Dan dalam bulan tersebut, dibentuklah sebuah perkumpulan islam (Jam’iyyah) desa Bulakelor dengan nama “Nahdliyal Fata”. Nama tersebut dengan arti “Jendelanya Pemuda”, diharapkan mampu membuka dan mempelopori organisasi Desa.
Harapan tersebut, sedikit demi sedikit mulai tercapai. Setelah dibentuknya Jam’iyyah Nahdliyal Fata, berjalanlah organisasi-organisasi yang dulu pernah ada, namun vakum, khususnya organisasi keislaman. Organisasi yang kemudian mulai dibentuk dan dilaksanakan kembali seperti Gerakan Pemuda (GP) Ansor, IPNU dan IPPNU.
Dari jam’iyyah ibu-ibupun berdiri “Jam’iyyah manaqib”, dimana kegiatan utamanya adalah membaca kitab manaqib seminggu sekali di masjid dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pembacaan kitab manakib di Jam’iyyah Manaqib desa Bulakelor, yang dalam pelaksanaannya melibatkan Jam’iyyah Nahdliyal Fata.
Jam’iyyah Nahdliyal Fata juga mengagendakan dan menjadikan kegiatan rutin, pembacaan perjanji (markhabanan) setiap malam jum’at.
Selain itu, banyak pemikiran dan ide-ide dari pemuda pemudi Desa yang dapat disampaikan lewat organisasi yang ada dan kemudian dapat ditindaklanjuti dan di tuangkan dalam bentuk pengembangan desa. seperti diadakannya Istoghosah, Haul dan Tahlil massal yang saat ini sudah menjadi agenda rutin, Pembangunan jalan desa dan gotong royong, pembenahan lapangan desa, adanya tarawih keliling di bulan ramadhan, penarikan zakat bersama, dan banyak kegiatan lain yang masih dalam proses penanganan untuk dilaksanakan.
Dengan adanya kebangkitan dari pemuda desa Bulakelor dengan diadakannya Jam’iyyah Nahdliyal Fata, IPNU-IPPNU, kembalinya GP Ansor, Jam’iyyah Manaqib, yang semuanya saling melengkapi, diharapkan kebangkitan dan kesejahteraan Desa dapat tercapai. Bukan dari sisi Islamnya saja, melainkan semua sisi perkembangan Desa yang mampu berkembang dan maju. Organisasi Desa yang sudah ada, justru sebagai pelopor adanya organisasi masyarakat yang mampu membangkitkan kesejahteraan warga Desa.

Komentar